Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa adalah sebuah idiom yang sempat melekat pada profesi seorang
guru. Sebuah kalimat yang menggambarkan betapa
mulia profesi guru hingga kata “Pahlawan” tersemat didadanya, dari kalimat
itupun terbersit pengabdian yang luar biasa bagi seorang guru, maka tak
mengherankan jika di dalam masyarakat sendiri tanpa sadar telah membuat batasan-batasan
tertentu pada guru menjadi pengabdian murni dan mengaburkan sebuah profesi. Sebuah
pengabdian telah menjadi keharusan bagi profesi guru hal ini menjadi kesepakatan
tanpa sadar dari masyarakat sehingga ketika terjadi hal-hal diluar batasan akan
menimbulkan efek yang sangat besar bahkan akan memunculkan sanksi moral bila
terjadi kesalahan. Segala tingkah laku akan menjadi sorotan, setiap pembicaraan
menjadi acuan, setiap yang melekat menjadi panutan di dalam masyarakat. Tuntutan
dari masayarakat yang nyaris sempurna ini sebenarnya menjadikan fungsi yang
strategis bagi profesi guru, dengan ekspektasi yang tinggi dari masyarakat akan
lebih mudah untuk melaksanakan sistem pendidikan yang lebih baik. Mereka
menjadi motor penggerak bagi kemajuan bangsa dan negara dengan mencetak tenaga terdidik,
trampil, dan berkarakter. Suatu bangsa akan mencapai kemajuan apabila generasi
yang mengganti lebih baik dari generasi yang diganti dan ini dapat terlaksana dengan
pendidikan. Dilain pihak besarnya tuntutan masyarakat ini secara tidak langsung
telah menempatkan guru dalam sebuah kotak dengan batasan yang ketat sehingga
membuat mereka terbebani dan terbatas dalam berkreasi diluar profesi dan
kebiasaan masyarakat, misalnya mencari kegiatan lain (penghasilan lain),
berkesenian, dan lain sebagainya. Pada sisi ini terjadi dilema antara
pengabdian dan keinginan (hobi), kebiasaan, dan tuntutan hidup seorang guru di
dalam masyarakat. Maka akan timbul pertanyaan dibenak kita bagaimana seorang
guru sebagai pengabdian di masyarakat disatu pihak dan guru sebagai profesi
yang hanya terbatas dalam profesionalisme kerja di pihak lainnya.
Perkembangan
jaman telah menuntut manusia untuk mengikuti putaran roda jaman ini sehingga
hal-hal baru banyak bermunculan baik dari segi moral, sikap, bahasa, ilmu
pengetahuan, gaya hidup dan lain sebagainya. Misal dengan perkembangan IT yang
semakin canggih memudahkan siswa mampu mengakses apapun, dengan berbagai pola
pula mereka mampu menghindari (menyembunyikan file-file tertentu) dari otang
tua maupun guru. Pada fase inilah guru harus mampu mengikuti perkembangan
sekaligus dapat menempatkan diri sebagai filter pembeda hal
baru itu.
Maka dengan tututan ini totalitas dan profesionalisme adalah mutlak harus dimiliki
seorang guru.
Ketika
berbicara tentang profesionalisme guru setidaknya syarat sebagai guru profesional
harus kita miliki seperti, kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV
(S1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Namun
apakah cukup sebagai guru profesional (apalagi yang telah tersertifikasi)
sehingga kita mampu untuk mengemban tanggung jawab mencerdaskan kehidupan
bangsa? atau lebih ekstrim lagi apakah dengan label guru profesional telah mampu
menjawab setiap tantangan jaman? Banyak jawaban yang bisa kita kedepankan namun
kalau bisa disederhanakan adalah “Prestasi”. Menjadi guru berprestasi bukan sebuah
fase setelah menjadi profesional namun merupakan harapan yang perlu diraih untuk
kemajuan guru dan menjawab tantangan jaman. Guru profesional dan berprestasi
adalah gambaran ideal dalam dunia pendidikan modern. Namun untuk mencapai
kondisi ini apa yang harus kita punya, bagaimana kita bisa mencapai pada tahap
ini, dan untuk apa itu semua.?????
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !